Wednesday, 10 October 2018

Belum Tibakah Masanya! Kisah seorang Ayah yang Ahli maksiat


Manusia adalah makhluk yang selalu terancam oleh hawa nafsu dan syahwat yang mengintai dan siap menyeretnya kekubangan maksiat lalu kita tau cerita selanjutnya, yaitu dosa terjadi dan penyesalan menumpuk. Sedangkan perbutan maksiat hanya akan menjerumuskan kita kedalam kehinaan dan kenistaan hidup didunia dan diakhirat. Wahai jiwa yang senantiasa bergelimang maksiat, tidak ada yang bisa membersihkan dosamu kecuali dengan kembali kepada Rabbmu Sang Maha Pengampun dan Pengasih lagi Penyayang. kembalialah kepada-Nya dengan beristighfar dan bertaubat dengan sepenuh hati dan jiwamu. Sesungguhnya amalan kita sajalah yang dapat menyelamatkan kita dari azab kubur dan siksa akhirat dan semua atas kehendak Allah Ta'ala dan rahmat-Nya untuk kita semua. Semua orang pasti berbuat dosa dan kesalahan, dan yang terbaik adalah yang bertaubat, mari kita simak kisah ulama besar Malik bin dinar -Rahimahullah- yang meninggal sekitar 130H/748M. Semoga kita bisa mengikuti jejak beliau untuk menepaki shiratul mustaqim.

Malik bin Dinar berkata "kehidupan dimulai dengan kesi-sian, tidak ada satu kedzaliman dan kemaksiatan pun kecuali telah aku lakukan, hingga manusia tidak menghargai aku karena kebejatanku"

Pada suatu malam beliau bermimpi, Beliau mengisahkan "aku bermimpi aku melihat hari kiamat, matahari menjadi gelap lautan berubah menjadi api dan bumipun bergoncang, manusia berkumpul pada hari kiamat, dan mereka berada dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada diantara mereka dan mendengar seorang penyeru memanggil fulan bin fulan, kemari! Mari menghadap Al-Jabbar. Aku melihat sifulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena ketakutan, hingga aku mendengar namaku dipanggik "mari menghadap Al-Jabbar.
Kemudian hilanglah seluruh orang dari sekitarku, seakan-akan tidak ada seorangpun dipadang masyar. Lalu aku melihat seokor ular besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun berlari kerena ketakutan hingga aku bertemu seorang lelaki tua yang lemah dan meminta pertolongan kepadanya, "Hai selamatkan aku dari ular ini!" dia menjawab "Wahai anakku, aku lemah, aku tak mampu tetapi berlarilah ke arah ini semoga kamu selamat" Aku pun berlari kearah yang dia tunjuk, sementar ular tersebut berada tepat di belakangu. Namun, tiba-tiba aku melihat api dihadapanku. "Apakah aku melarikan diri dari seekor ular dan menjatuhkan diri kedalam api?" kataku dalam hati. Aku pun berlari lagi dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada orang tua yang lemah tersebut seraya berkata "Demi Allah wajib atas mu menolong dan menyelamatkanku!" maka dia menangis karena iba melihat keadaanku seraya berkata"Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatu pun, akan tetapi larilah kearah gunung itu mudah-mudahan engkau selamat!"
Maka aku lari menuju gunung itu sementara ular hampir mematukku, kemudian aku melihat diatas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil dan aku mendengar mereka berteriak “wahai Fatimah! Tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!” saat itu aku sadar bahwa dia adalah putriku yang telah meninggal pada usia tiga tahun, dialah yang akan menyelamatkan ku dari keadaanku. Dia memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular itu dengan tangan kirinya, sementara aku seperti mayat karena sangat ketakutan, kemudian dia duduk dipangkuanku seperti dulu didunia. Dia berkata padaku “wahai ayah,Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah”. (QS.Al-Hadid:16).

Aku berkata “wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu? Dia meneragkan “itu adalah amal keburukanmu. Engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga ia hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal didunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu. Engkau telah melemahkannnya, hingga ia menangis melihat kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja aku tidak meninggal saat masih kecil, maka tidak ada yang akan memberi manfaat bagimu. “beliau melanjutkan, “aku terbangun dari tidurku dan berteriak, wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku. Ya, ‘belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka kepada Allah.’ Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat shubuh dan ingin segera bertaubat kembali kepada Allah Azza wa Jalla”.

(Rujukan : Terapi Tahajjud 90 Hari Tanpa Henti karya Abu Muhammad Al Isfary dan Ya Allah Ampuni Aku karya Zaenal Abidin binsyamsudin)

No comments:

Post a Comment